Thousand Memories

Author : hanna
Genre : Romance/Angst
Pairings : Itachi Uchiha x Hinata Hyuuga
NOTE !! DONT LIKE DONT REAAAAADD !!


Gadis berambut indigo itu kerap mendesah keras-keras saat es yang dingin itu mulai menuruni seluruh tangannya. Ia mencoba menghangatkan badannya dengan itu. Walaupun, agak sia-sia. Tapi setidaknya, ia cukup mampu menguburkan binatang kesayangannya yang telah mati 10 menit yang lalu karena kedinginan dan cerobohnya, gadis ini malah membiarkan peliharaannya ini diluar rumah. Inilah konsekuensinya. Kehilangan.

Namun, gadis itu sama sekali tidak menangis. Ia terus mengais-ngais tanah bersalju itu. Tidak peduli. Ini salahnya.

“Hinata-sama?”, suara berat yang dingin dibelakang gadis yang bernama Hinata tersebut memanggil. Hinata lantas menoleh kebelakang untuk melihat siapa yang memanggilnya itu. Didapatinya, seorang pria berambut panjang dan memiliki mata putih sepertinya. Neji Hyuuga tengah menatapnya naas.

“Ah, Neji-nii san...”, Hinata menelan ludahnya. Berhadapan dengan pemuda ini adalah membuatnya sedikit takut. Neji adalah sepupu Hinata dan Hanabi. Neji adalah si super jenius dari Konoha yang berbeda 2 tahun lebih tua darinya. Neji. Si sempurna yang selalu tegas dalam menentukan keputusan. Tidak heran jika Hiashi Hyuuga, ayah dari Hinata lebih memilih Neji meneruskan Hyuuga Corp. Walaupun Neji adalah golongan bawah dari keluarga Hyuuga.

Tidak heran bukan jika Hinata sedikit takut pada sepupunya itu? Yang bahkan melebihi kepercayaan ayahnya padanya. Namun, biar begitu, Neji tetap memanggil Hinata dengan embel-embel ‘sama’ karena ia merasa lebih rendah diri dari Hinata.

“Sedang apa Hinata-sama disini?”, tanya Neji memerhatikan Hinata dibalik mata putihnya. Hinata terdiam sebelum menjawab,

“A-ano... ini... hamsterku mati...”, kata Hinata. Neji masih menampakkan ekspresi datar lalu jongkok untuk menyeimbangi posisinya dan Hinata.

“Hinata-sama kedalam saja. Disini dingin. Biar saya yang mengerjakannya...” , kata Neji. Hinata terbelalak.

“Ti-tidak perlu, Neji-nii san... dan... jangan memanggilku ‘Hinata-sama’ lagi... cukup panggil aku Hinata saja..., sungguh itu tidak apa-apa...,” kata Hinata. Neji menatapnya. Kali ini, Neji menatapnya dingin. Membuat Hinata takut.

“Mak-maksudku—“

“Tidak apa-apa. Sekarang Hinata-sama masuk saja. Nanti sakit,” kata Neji sambil melanjutkan aktifitas Hinata tadi menguburkan hamsternya. Hinata terdiam lalu mendesah dan menuruti apa kata sepupunya itu. Dia sedang tidak mau kena masalah hari ini.

----

UCHIHA MANSION.

Mata onyx-nya yang tajam dan dingin memerhatikan tabloid dipangkuannya. Ia tidak bisa percaya apa yang terjadi. Disana, asistennya, seorang yang berambut biru tengah memerhatikan wajah kerabatnya itu dengan prihatin. Akhirnya, pemuda bermata onyx itu melipat tabloid itu dan menyerahkannya pada pemuda berambut biru itu dengan ekspresi datar. Sementara, pemuda berambut biru itu menatapnya aneh.

“Itachi-san?,” panggil pemuda berambut biru yang diketahui bernama Kisame Hoshigaki. Itachi Uchiha, menoleh kearah kerabatnya itu.

“Kenapa ini dikembalikan padaku?”, tanya Kisame. Itachi tidak menjawab.

“... Keluarlah, Kisame... aku ingin sendiri dulu...,” kata Itachi. Kisame tersentak hendak memprotes namun, begtu melihat ekspresi Itachi yang tidak menyenangkan sama sekali, akhirnya Kisame mengangguk dan segera keluar dari ruang kerja Itachi.

“Haah....”, Itachi mengeluh pelan sambil memijat kepalanya saat Kisame sudah benar-benar keluar dari ruangannya. Walau ia tampak tidak peduli dari luar, namun hatinya gelisah. Gelisah dengan apa yang dilihatnya di tabloid itu.

Masih ada dipikirannya headline tabloid tersebut, ‘ITACHI UCHIHA SEORANG PEMIMPIN CORP.UCHIHA TELAH BERUSAHA MEMBUNUH SHISUI UCHIHA’ . oh Tuhan... mana mungkin orang sepertinya hampir membunuh saudaranya sendiri hanya karena... seorang Sakura Haruno?!

Cih. Itachi sama sekali tidak pernah menyangka ini akan terjadi. Semakin kesuksesannya melunjak, maka cobaan semakin melunjak. Dan kali ini, ini benar-benar diluar dugaannya kalau Shisui akan tega melaporkannya pada polisi atas fitnah ini. Dasar. Soerang gadis bernama Sakura Haruno terlah merusak hidupnya. Cih. Dasar wanita jalang.

Saat-saat Itachi sedang mengumpat dalam hatinya, tiba-tiba pintunya diketuk. Itachi yang tidak dalam mood bagus hanya memandangi pintu tersebut sebelum akhirnya mengatakkan “Masuk saja,” kearah pintu itu.

Pintu mulai terbuka. Itachi mendapati seorang kerabat lamanya yang kini menjadi seniman Internasional boneka kayu masuk kedalam ruangan itu. Seorang pemuda berambut merah dan memakai jas hitam yang dulu adalah teman semasa SMA-nya.

“Hai Itachi,” katanya memulai percakapan sebelum menutup pintu ruangan Itachi. Itachi menatapnya dengan datar seperti biasa. Masih syok.

“Aku turut prihatin.” Kata pemuda berambut merah itu datar. Namun, ekspresi wajahnya menampakkan ke-prihatinan yang amat sangat. Itachi mendesah lalu mencoba tersenyum pada kerabat lamanya itu.
“Terimakasih, Sasori”, kata Itachi singkat.

“Rasanya agak sulit dipercaya juga orang sepertimu bisa terlibat masalah yang bahkan aku tidak menyangka, yah... mungkin kalau Pein atau Jirraiya yang terkena, mereka adalah orang pertama yang kucurigai,” kata Sasori panjang lebar sambil berusaha menghibur sahabat lamanya itu. Itachi hanya tertawa kecil namun hatinya masih gelisah. Disisi lain, dia berterimakasih pada Sasori karena telah berusaha menenangkan hatinya.

“Tenanglah, Itachi... ini akan baik-baik saja. Si Shisui itu akan kutuntut kalau ia macam-macam lagi,” kata Sasori. Tapi, Itachi buru-buru menggelengkan kepalanya.

“Tidak perlu. Jangan melibatkan dirimu, Sasori”, kata Itachi menolak. Sasori berdeham.

“Terserah kau. Namun kapanpun kau butuh apapun, hubungi aku’’, kata Sasori. Itachi tersenyum simpul.

“Akan kuingat itu,” kata Itachi. Sasori tersenyum kecil lalu menyilangkan tangannya didadanya.

“Bagaimana reaksi orangtuamu?”, tanya Sasori teringat kedua orangtua Itachi amat sangat membanggakan Itachi atas perusahaan Uchiha yang terkenal bahkan sampai ke Los Angeles, Amerika itu. Siapa yang tidak bangga memiliki anak seperti Itachi?

Itachi mengehela nafas kencang. Sasori mengerutkan dahinya, ini bukan sesuatu yang bagus.

“Mereka kecewa.”, kata Itachi pendek.

“Ayahku mengancamku tidak akan mengakuiku sebagai anaknya lagi kalau masalah ini tidak selesai. Dan ibuku, dia pingsan dan sekarang dirumah sakit,” kata Itachi menghela nafas. Sasori terdiam. Tidak pernah dibayangkannya keluarga Uchiha yang begitu terkenal bisa mengalami hal seperti ini hanya karena... seorang Sakura Haruno? Model seksi dari majalah pria itu?

“Bagaimana dengan adikmu, Sasuke?”, tanya Sasori. Itachi menampakkan raut sedih sekarang .

“Dia... kecewa sekali padaku. Bahkan sekarang dia lebih memilih tinggal bersama Shisui dibanding aku sekarang....” kata Itachi kecewa. Semua ini telah merenggut semuanya darinya.
Tiba-tiba, ponsel Sasori berbunyi. Lantas pemuda itu mengutuk siapa yang meneleponnya disaat-saat seperti ini.

“Ya.”, Sasori meletakkan ponselnya ditelinganya. Lalu mendesah.

“Aku segera kesana,” kata Sasori lalu menutup hubungan teleponnya dan memasukkannya pada kantung celananya. Lantas, Sasori menepuk pundak Itachi sambil tersenyum.

“Semuanya akan baik-baik saja, teman. Jangan khawatir. Aku mendukungmu, oke? Dan aku sekarang harus pergi. Sampai jumpa nanti,” kata Sasori lalu pergi keluar ruangan Itachi.

“Baik-baik saja..., kuharap begitu,” kata Itachi sambil menutup matanya. Lelah karena masalah ini.

---

Hinata tengah berjalan-jalan disekitar Konoha. Matanya yang putih tengah melihat daftar belanjaan yang harus ia beli. Sepulang mengantar Hanabi kesekolahnya, Hinata kini tengah berbelanja.

“Tofu 2 gram...”, Hinata lalu melihat sekeliling ruko-ruko kecil yang penuh itu dengan seksama (maaf, author menggambarkan latarnya kayak di Jepang beneran _ _’’) lalu ia memutuskan untuk perdi ke ruko kecil dengan tulisan kanji ‘TOFU’ dengan besar-besar.

“Nona Hyuuga! Apa kabar?”, pelayan itu menyambut Hinata dengan penuh rasa hormat. Hinata tersenyum lembut.

“Aku baik-baik saja, bibi. Bagaimana dengan bibi?”, tanya Hinata. Bibi itu tersenyum.

“Aku juga. Oh ya, kau kesini mau membeli tofu berapa gram, nona?”, tanyanya. Hinata mengangkat bahu lalu tersenyum.

“2 gram saja cukup,” kata Hinata. Bibi tadi mengangguk lalu memberikan sekantong plastik berisi 2 gram Tofu. Hinata menyerahkan uang pas-nya pada bibi itu.

“Arigatou ne, nona Hinata!”, kata bibi itu. Hinata hanya membalasnya dengan anggukkan sopan dan segera pergi dari sana.

BRUK!! Ketika Hinata berbalik, ia menabrak seseorang. Hinata memegang kepalanya dan pantatnya yang terjatuh ditanah.

“Go-gomenosai gomenosai! Maafkan ak—“ Hinata terdiam menatap siapa yang ia tabrak. Pemuda berambur kuncir kuda yang menatapnya dingin. Bahkan lebih dingin daripada Neji dan ayahnya. Tapi, pemuda tadi malah mengangguk sambil berjalan melalui Hinata. Aneh sekali! Selama ini, belum pernah ada yang bertindak begitu padanya.

“Hinata-sama? Kau baik-baik saja? Apa yang ia lakukan padamu?”, tiba-tiba Neji sudah dihadapannya dengan ekspresi khawatir, Hinata segera bangkit lalu membersihkan debu di celananya dan mengambil barang bawaannya lalu tersenyum.

“Aku tidak apa-apa Neji-nii san...” kata Hinata. Neji merenggut.

“Mari pulang,” kata Neji pendek lalu diikuti Hinata dari belakang. Hinata membayangkan pemuda yang tadi menabraknya. Wajahnya... sepertinya Hinata pernah melihatnya.

“U-um... Ne-Neji nii san?”, Hinata memanggil sepupunya itu. Neji menunduk menatap Hinata yang memang lebih pendek darinya.

“Nii-san... kenal tadi itu... siapa?”, tanya Hinata. Neji terdiam sepertinya berusaha mengingat-ingat. Lalu tiba-tiba wajahnya mengeras,

“Dia... dia tidak baik”, kata Neji. Hinata semakin tidak mengerti. Neji yang menyadari kebingungan Hinata melanjutkan.

“Tadi itu... Itachi Uchiha.” Kata Neji. Uchiha. Bayangan Hinata segera melayang jauh mendengar kata ‘Uchiha’ itu. Pastilah, Itachi orang yang sangat disegani. Dan tidak aneh jika tadi ia tidak meminta maaf pada Hinata. Pastinya, Itachi menganggap Hinata-lah yang seharusnya minta maaf.

Tapi...

“Apa maksud Nii-san kalau dia tidak baik?”, tanya Hinata. Neji menghela nafas lalu memberikan sebuah tabloid ditangannya. Hinata menatapnya lalu pupil matanya terbelalak.

“Di-dia...”

“Ya. Dia hampir membunuh Shisui Uchiha. Hanya karena wanita itu,” kata Neji. Hinata menatap wanita mana yang dimaksud Neji.

“Sa-Sakura-chan??”, Hinata membelalak tidak percaya. Teman semasa SMA-nya. Sakura Haruno... yang....

“Kau kenal dengan Sakura Haruno, Hinata-sama?”, tanya Neji menatap sepupunya itu tidak percaya . Hinata mengangguk.

“Dia... teman masa SMA-ku, nii-san...” , kata Hinata masih syok. Neji tersenyum meledek.

“Tidak kusangka” kata Neji pendek. Ingin rasanya Hinata memukul sepupunya itu tapi ia menahannya.

“Sungguh psikopat... hah. Hanya karena wanita ia tega hampir membunuh saudaranya sendiri.” Kata Neji. Hinata terdiam. Walau ia membenarkan perkataan sepupunya itu. Hinata yakin. Neji dan Itachi pasti pernah bertemu. Hyuuga Corp dan Uchiha Corp pernah menjalin kerjasama sewaktu Hyuuga Corp masih dipimpin ayahnya dan Uchiha Corp masih dipimpin Fugaku Uchiha.

Tak terasa, mereka sudah sampai didepan Hyuuga Mansion.

---

Itachi sedang berjalan-jalan mengelilingi Konoha untuk refreshing dari masalahnya ini. Masa bodoh nanti orang memandangnya seperti apa. Toh, ia hanya ingin menyegarkan dirinya .

Benar saja. Tatapan ibu-ibu padanya begitu menghina dan para pemuda disana menatapnya seolah mengolok-oloknya. Tapi, Itachi tidak peduli. Yang ia harus lakukan sekarang adalah hanya berjalan tanpa melihat sekelilingnya.

BUK!!

Itachi merasakan perutnya menabrak sesuatu. Ia mendapati seorang gadis berambut indigo memegangi kepalanya sambil memegangi pantatnya yang terjatuh. Lalu gadis itu menunduk dalam-dalam sambil mengatakkan , “Go-Gomenosai gomenosai! Maafkan ak—“ namun nampaknya gadis itu terlalu terkejut memandang Itachi.

Itachi hanya mengangguk lalu berjalan meninggalkan gadis itu.

Kedai dango. Itachi berfikir sejenak sebelum memasuki ruko itu. Ia yakin, penjaga kios dango tersebut masih ingat padanya. Dulu, Itachi sering makan disana .

“Itachi-kun! Apa kabarmu!”, begitu Itachi masuk, pelayan ruko itu menyambut Itachi. Itachi mendapati seorang wanita dikuncir satu berambut ungu menyambutnya hangat. Anko Mitarashi. Itachi tersenyum.

“Aku baik-baik saja...”

Setelah beberapa lama mereka berbasa-basi sambil memakan dango dan meminum ocha panas, Anko menatap Itachi naas.

“Itachi-kun. Benarkah yang di tabloid itu katakan?”, tanyanya. Itachi terdiam sesaat.

“... Aku rasa... hanya orang tertentu yang dapat tidak memercayainya...” kata Itachi. Anko mendesah.
“Kau sudah menemukan jalan keluarnya?”, tanya Anko. Itachi menggelengkan kepalanya lalu meminum ocha panas yang menghangatkan tenggorokannya.

“Oh Tuhan... jahat sekali yang membuat gosip ini.” Kata Anko. Itachi terdiam walau ia membenarkan.

“Kau sudah coba... melapor pada polisi?”, tanya Anko. Itachi menatap Anko.

“Kalah cepat.” Kata Itachi pendek. Anko menaruh jari telunjuknya didagunya.

“Hmm... kalau begitu memakai pengacara?”

“Tidak mendukung,”

“Hmm... mendatangi Sakura Haruno agar membantumu?”

“Ia mendukung Shisui”

“Mencoba... status palsu?”, tanya Anko akhirnya. Itachi mengerjap. Tidak pernah difikirannya menyandang status palsu.

“Hei? Sudah mencoba status palsu ya?”, tanya Anko.

“Belum...” kata Itachi. Mata Anko berbinar-binar.

“Nah! Cobalah mencari gadis manapun yang mau menjadi pacar bohonganmu, Itachi-kun. Orang sepertimu... mana ada yang tidak mau?”, tanya Anko. Itachi tersenyum simpul. Ia rasa, sekarang gadis-gadis tidak akan begitu. Anko Mitarashi yang sudah bertunangan dengan Kakashi Hatake. Seorang penjabat Negara yang sebentar lagi akan menjadi suami resmi Anko. Tidak mungkin jika Itachi meminta Anko kalau masih ingin hidup.

“... Tapi... siapa?”, tanya Itachi dengan nada merenung. Anko juga jadi ikut berfikir .

“Hmm... Yamanaka Ino? Dia cukup cantik. Dari keluarga bangsawan Yamanaka lagi, bagaimana?” tanya Anko. Itachi segera membayangkan seorang artis itu.

“Tidak. Ia akan menikahi Sai...” kata Itachi. Ditambah, ia tidak bisa membayangkan kalau ia akan bersama dengan cewek agresif itu.

“Tenten?” tanya Anko. Pikiran Itachi tengah melayang dengan gadis China itu. Tidak. Tenten sedang dekat dengan Neji. (SALAH! NEJI PUNYA AUTHOR TAU!!! *ditendang*)

“Tidak”

“Sabaku no Temari?”, tanya Anko lagi. Itachi ingin tertawa rasanya. Jelas-jelas Temari adalah putri dari presiden Sunagakure yang tidak akan mungkin menikahkan putrinya dengan orang yang memiliki catatan kriminal sepertinya, bukan? Yeah, walaupun itu sama sekali tidak benar.

“Tidak”

“Shizune? Asisten Presiden?”, tanya Anko. Itachi terdiam. Shizune memang gadis yang manis, tapi... Itachi teringat Shizune sudah bertunangan dengan Yamato, “Tidak....”

“Karin?”, tanya Anko. Itachi bergidik ngeri. Sama sekali tidak terfikir olehnya akan bersama dengan Karin. Karin, Karin dan Karin. Huh. Bahkan mengenalnya saja adalah suatu kesalahan! Mana mau Itachi dengan seorang model yang baru-baru ini digosipkan skandal dengan Suigetsu Hozuki dan adiknya, Sasuke? Gila, kali!

“Tidak...” kata Itachi sedikit bergetar. Anko tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Itachi.

“Hahaha... baiklah. Pilihan terakhir hanya Hinata Hyuuga.” Kata Anko. Itachi terdiam. Nama ‘Hyuuga’ segera melintas difikirannya. Walaupun ia sudah pernah bertemu dengan Neji Hyuuga, pewaris Hyuuga Corp yang terkenal super jenius itu, namun ia belum pernah melihat Hinata Hyuuga yang kabarnya sangat amat cantik itu.

“Bagaimana?”, tanya Anko mendapati Itachi yang masih terdiam.

“....Katakan dimana alamatnya, Anko...”
---
Malam harinya, akhirnya Itachi memutuskan memberitahukan ini pada ayahnya . Fugaku tengah menunggu anak sulungnya ini diruang tengah beserta dengan istrinya yang baru keluar dari rumah sakit. Mikoto Uchiha. Itachi sudah siap mengatakkan ini. Bagaimanapun, masalah ini harus selesai!

“Jadi... apa rencanamu?”, tanya Fugaku masih agak emosi dengan anaknya ini. Mikoto terdiam. Begitupun Itachi dan ia menunduk.

“Aku ingin... meminang seorang gadis, ayah... untuk menghindari masalah ini” kata Itachi. Fugaku dan Mikoto tersentak. Selama ini, mereka tidak pernah tau kalau Itachi tengah berpacaran dengan soerang gadis...

“Kau... sudah punya pacar?” tanya Fugaku. Ada nada senang disana. Dengan pernikahan Itachi dengan gadis lain, permasalahan Itachi dan Shisui akan selesai. Dan berita di tabloid itu akan hanya menjadi angin lalu.

“Tidak...” kata Itachi. Senyuman Fugaku menghilang.

“Lalu apa maksudmu?”, tanya Fugaku memicingkan matanya.

“Aku ingin meminang seorang gadis secepatnya... agar masalah ini cepat selesai.” Kata Itachi. Fugaku mengerti. Ia juga ingin permasalahan putranya ini selesai. Tapi, kali ini Mikoto angkat bicara,

“Tapi Ita-kun, kau bahkan belum menemukan siapa gadis itu kan? Gadis itu harus sederajat dengan kita kalau masalah ini mau selesai,” kata Mikoto. Fugaku membenarkan perkataan istrinya. Kalau tidak sederajat, hal ini akan sia-sia saja. Bukannya sombong, tapi cobalah bayangkan. Jika Itachi menikahi gadis yang bukan artis atau pengusaha seperti mereka, pastinya gadis itu akan mudah disogok dengan uang untuk mengatakkan kebenaran, bukan? Berbeda jika Itachi menikahi gadis yang sederajat dengannya. Sebesar apapun uang yang akan disogokkan, itu tidak akan berarti apa-apa.

“Aku punya,” kata Itachi mengagetkan kedua orangtuanya.

“Siapa?” tanya Fugaku.

“Dia adalah... Hinata Hyuuga.”

---

Hinata tengah asyik menanam wortelnya dibelakang mansionnya. Senyumannya terkembang diwajahnya. Membuat siapapun yang melihatnya tidak akan berpaling darinya. Senyuman Hinata Hyuuga yang bahkan melumpuhkan seorang Naruto Uzumaki. Seorang calon presiden berikutnya setelah Tsunade Senju. Tapi, sekuat apapun Naruto berusaha meminang Hinata, itu akan sia-sia saja. Hinata sudah berhenti mencintai Naruto.

Berhenti?

Ya. Naruto adalah orang yang paling dipuja-puja olehnya dulu semasa SMA. Dan mereka menjalin hubungan kurang lebih satu tahun saat Naruto mencampakkannya begitu saja. Naruto telah meninggalkan Hinata demi Sakura Haruno yang sekarang tidak pernah mencintai Naruto. Dan, Hinata tidak akan pernah kembali pada seseorang yang telah meninggalkan dan telah menyakitinya.

“Kakak, Otou-san memanggil...” tiba-tiba gadis mungil seperti Hinata muncul. Hinata menoleh dan mendapati Hanabi Hyuuga tengah memerhatikannya. Hinata mengangguk lalu masuk kedalam mansion menyusul Hanabi.

Dilihatnya, Hiashi sedang berbincang-bincang dengan Neji. Ekspresi Neji sama sekali tidak senang bahkan terlihat menutup-nutupinya. Hinata menyipitkan matanya lalu menghadap kearah ayahnya.

“Otou-san... memanggilku?”, tanya Hinata. Hiashi mengangguk lalu memberi isyarat agar Hinata duduk disofa seberangnya. Hinata menurut. Ia menatap Neji meminta penjelasan, namun Neji hanya menanggapinya dengan menggelengkan kepalanya membuat Hinata makin penasaran .

“Hinata... berapa umurmu sekarang?”, tanya Hiashi. Hinata terkaget-kaget. Hanya untuk ini ayahnya memanggilnya?

“U-umm... du-duapuluh tiga, ayah...” kata Hinata takut-takut. Tatapan ayahnya begitu menusuk,

“23... umurmu sudah saatnya menikah, Hinata.” Kata ayahnya. Hinata terbelalak.

“A-apa... apa maksud ayah?”, tanya Hinata. Hiashi menghela nafas lalu menyuruh Neji menjelaskannya. Neji mendesah kecil lalu menatap Hinata.

“Hinata-sama...” panggil Neji lembut. Hinata menatap sepupunya itu. Matanya tidak sabar.

“Kau...” jeda Neji. Hinata makin penasaran saja.

“.... Akan di... jodohkan....” kata Neji lamat-lamat. Terlihat jelas kalau Neji juga tidak menyetujui hal ini. Hinata terbelalak sangat amat kaget.

“Ap-apa? Ke-kenapa? Ka-kapan? De-dengan siapa?”, Hinata kalut. Tidak bisa berfikir sampai ia mengeluarkan semuanya. Neji dan Hiashi sedikit tersentak lalu berusaha menenangkan Hinata.

“Dengan putra keluarga Uchiha.” Kata Hiashi. Hinata merasa kepalanya berat. Siapa...? Sasuke-kah?

“Ayah... aku mohon....” Hinata mulai menangis. Hiashi terdiam datar. Neji hanya mendesah keras sambil memijat kepalanya. Tapi apa daya? Neji memangnya bisa apa?

“Jangan jodohkan aku dengan Sasuke-san... aku mohon....”, kata Hinata. Neji tersentak lalu tertawa pelan.

“Bukan dengan Sasuke, Hinata-sama...”kata Neji. Hinata terdiam lalu menatap sepupunya itu.

“... Dengan Itachi Uchiha...”

Hinata menelan ludahnya. Itachi Uchiha? Yang tengah kena masalah itu? Kenapa...?

“Ap-a....” Hinata merasa dunianya runtuh begitu saja. Hiashi berdeham.

“Seperti yang kau tahu. Ia sedang terkena masalah dan Fugaku-san adalah teman masa kecil ayah. Jadi ayah mau membantunya... jangan membantah.” Kata Hiashi. Hinata terdiam. Dia sudah tidak bisa apa-apa lagi. Ia menatap Neji memintanya untuk mendukungnya. Namun, nyatanya Neji diam saja sambil memejamkan matanya. Hinata menyerah.

“... Baiklah ayah....”

---

“Hinata sudah setuju, Ita-kun.” Kata Mikoto. Itachi tersenyum simpul namun kaget. Apa yang membuat gadis yang tidak ia kenal itu langsung menyetujuinya?

“Baguslah. Dengan begini, masalah kita akan selesai,” kata Fugaku tersenyum lalu menepuk pundak anaknya.

“Ayah percaya padamu.” Itachi tersenyum bahagia akhirnya semua ini akan baik-baik saja.
“Akhirnya, kesampaian juga punya menantu seperti Hinata...” kata Mikoto geli. Mikoto sudah pernah bertemu dengan Hinata. Dan menurut Mikoto, Hinata adalah gadis yang sopan dan sangat menarik.

“Okaa-san bisa saja...” kata Itachi.

“Hei, nii-san. Kau sudah mau mendahului aku ya?”, tiba-tiba suara itu muncul. Itachi merasakan badannya panas-dingin. Antara bahagia atau terharu ia membalikkan tubuhnya dan mendapati adiknya yang paling ia cintai. Sasuke Uchiha berdiri diambang pintu dengan kopernya. Sasuke, ahirnya memutuskan untuk tinggal kembali bersama Itachi. Itachi tidak bisa menahan rasa bahagianya .

“Ototo...” gumam Itachi. Sasuke berjalan mendekati Itachi lalu memeluknya.

“Maafkan aku, nii-san...”, kata Sasuke begitu tulus , Itachi menepuk-nepuk punggung adiknya itu lalu memejamkan matanya sambil tersenyum bahagia.

“Kapanpun, Sasuke...” kata Itachi. Fugaku tersenyum melihat kedua putranya sudah kembali seperti dulu dan Mikoto menangis bahagia.

Semenjak itu, Itachi terus membayangkan... seperti apakah Hinata Hyuuga? Gadis misterius yang bahkan tidak ia kenal dan langsung membantunya mendapatkan semuanya kembali secara tidak langsung. Hinata Hyuuga... yang telah mengembalikkan kepercayaan keluarganya dan kepercayaan adiknya padanya?

Hinata Hyuuga... secara tidak langsung, yang telah membuatnya jatuh cinta walau tidak pernah bertemu...

---

“Hinata-sama... sebentar lagi, keluarga Uchiha akan datang,” Neji memperingatkan Hinata dari luar kamarnya. Hinata yang ada didalam kamarnya kembali menyahut,

“Iya, nii-san...”

Hinata kini tengah berdiri didepan cerminnya. Gaun ungu cerah selutut dengan renda transparan pada sudut lehernya senada dengan rambut panjang indigo-nya yang dikuncir gulung dan diapit memakai jepitan dan banada pita putih. Lehernya yang jenjang dihiasi dengan kalung emas putih sangat kontras dengan make-up naturalnya.

Satu kata. Cantik. Hinata terlihat sangat cantik. Kecantikkannya bahkan telah membuat pelayannya bengong dengan wajah memerah. Namun bukan itu yang dipikirkan Hinata. Ia takut... takut sekali pada Itachi Uchiha. Seperti apa reaksinya nanti...?

“Hinata-sama!”, panggil Neji lagi. Hinata tersentak lalu mengenakkan kaus kaki putihnya dan sepatu tipis putihnya dan segera keluar dari kamarnya. Neji memandangi sepupunya itu. Neji hampir tidak percaya apa yang dilihatnya. Apakah ini... memang sepupunya atau malaikat yang nyasar di dunia?

“Kau... cantik sekali.... Hinata-sama...”, kata Neji tanpa sadar saking terpesonanya. Hinata tersipu malu.

“A-arigatou ne, Neji-nii san...” kata Hinata berdeham. Neji tersenyum lalu menuntun Hinata memasuki ruang keluarga. Neji juga nampak tampan dengan jas putihnya dan juga rambutnya yang panjang dilepas dari ikatannya. Neji membawa Hinata dan disana, telah ada Fugaku, Mikoto dan Hiashi tengah berbincang-bincang. Sasuke juga diam saja sambil memainkan black berry-nya. Ketiganya nampak akrab. Namun, satu pria yang membuat wajah Hinata memerah. Itachi Uchiha nampak gagah dengan jas hitam dan pita merah didasinya. Rambutnya dikuncir kuda seperti biasanya.

“Ah, ini dia Hinata-sama...”, kata Neji. Hinata menundukkan kepala saat Itachi menatapnya. Wajahnya memerah malu. Hiashi tersenyum simpul. Tidak menyangka putrinya akan begitu cantik seperti ini.

“Ya ampun... cantik sekali!”, Mikoto tersenyum sangat senang melihat calon menantunya nanti.

“A-a-arigatou...” kata Hinata lebih gugup dari biasanya. Mikoto tersenyum berbinar-binar. Terlihat jelas kalau ia sangat ingin Hinata segera menjadi menantunya. Fugaku menyikut lengan Itachi sambil menggoda. Itachi mendengus. Kenapa orangtuanya jadi seperti ini?

“Duduklah.” Kata Hiashi. Neji dan Hinata segera duduk berdampingan berhadap-hadapan dengan keluarga Uchiha itu. Neji menatap Itachi sinis.

“Aku harap kau tidak menyakiti adik sepupuku yah, Uchiha...”, kata Neji setengah berbisik disaat Fugaku, Mikoto dan Hiashi tengah berbincang tentang cantiknya Hinata. Itachi menatap pemimpin perusahaan Hyuuga Corp itu dengan datar lalu tersenyum.

“Tenang saja, Hyuuga... aku tidak akan menyakiti Hinata-chan kok...” kata Itachi. Hinata terbelalak lalu menatap Itachi. Mata putihnya bertemu langsung dengan mata onyx milik Itachi. Hinata mencari kebenaran disana. Yah. Itachi tidak menampakkan kalau ia berbohong. Hinata tidak sadar, tersenyum. Itachi terdiam lama menatap senyuman itu lalu membalasnya dan menyikut lengan ayahnya.

“Bolehkah... aku berbicara dengan Hinata-san sebentar?”, tanya Itachi. Hiashi, Fugaku dan Mikoto tersenyum penuh arti.

“Silakan saja, mungkin kalian bisa lebih akrab,” kata Hiashi.

“Selamat berjuang yah, Ita-kun!” kata Mikoto. Itachi mendengus lagi lalu menarik tangan Hinata dari Neji.

“Maaf ya Hyuuga... aku pinjam Hinata-chan sebentar” kata Itachi. Neji tertawa kecil lalu menggelengkan kepalanya sebelum menatap Sasuke yang masih asyik dengan black berry-nya.

“Kakakmu sudah gila,” kata Neji. Sasuke tertawa pelan.

“Memang begitulah sifatnya,” kata Sasuke.

“Aku tahu,” kata Neji. Sasuke berhenti memainkan black berry-nya lalu menatap Neji.

“Tapi serius, aku belum pernah melihatnya begitu serius, aku pikir ia hanya main-main dengan perjodohan ini,” kata Sasuke. Neji menatapnya tak percaya,

“Apa?”

“Iya. Setahuku nii-san bukan orang yang serius tentang percintaan,” kata Sasuke sambil mengangkat bahu. Sesekali, mereka berdua menatap orangtua mereka yang tengah berbincang-bincang dengan asyik.

“Tapi baru kali ini aku melihat ada keseriusan dimatanya tentang Hinata,” kata Sasuke. Neji terdiam. Lalu tersenyum. Ia rasa, ia sekarang bisa mempercayakan Hinata pada Itachi.

---

“Itachi-kun? Kita mau kemana?”, tanya Hinata. Itachi berhenti menarik tangan Hinata dan melepaskannya. Ia tersenyum lembut pada Hinata.

“Disini,” kata Itachi. Hinata terdiam. Ini dihalaman belakang mansionnya. Hinata menatap Itachi bingung.

“Aku ingin berterimakasih padamu, Hinata-chan...” , kata Itachi. Hinata menatap Itachi.

“Te-terimakasih untuk a-apa?”, tanya Hinata gugup. Itachi berdeham.

“Kau menyelamatkanku. Dengan tidak sadarmu. Kau...” Itachi memegang tangan Hinata.

“... telah mengembalikan semuanya padaku. Kepercayaan, keluarga dan semuanya... itu semua berkat kau menyetujui perjodohan ini,” kata Itachi. Hinata menatap mata onyx Itachi.

“Aku... tidak tahu harus berkata apa... tapi, itulah yang terjadi. Kau... telah membuatku jatuh cinta walau kita tidak pernah bertemu waktu itu,” kata Itachi. Wajah Hinata memerah.

“I-Itachi-kun...”

“Tidak apa-apa. Aku akan menunggumu sampai kau bisa mencintaiku,” kata Itachi. Hinata hampir tidak percaya apa yang didengarnya. Itachi begitu berbeda dengan Sasuke. Itachi jauh lebih dewasa dalam sikap dibandingkan Sasuke yang terkesan egois.

“Terimakasih Itachi-kun...” kata Hinata sambil tersenyum. Itachi membalas senyuman itu.

“Tidak masalah,” . Hinata tersenyum dalam hati ia bersumpah ia pasti akan mencintai pemuda ini bagaimanapun caranya.

“... Gadis yang membawa tofu yang kutabrak... hahaha...” kata Itachi sedikit tertawa. Hinata tertawa pelan sambil tersenyum.

“Itachi-kun bisa saja...” katanya. Itachi tersenyum kecil memandang calon istrinya.

Hanya tinggal menunggu waktu, maka Hinata akan segera jatuh dalam pelukan Itachi, bukan?

--OWARI--

powered by Google @ copy right 2010 Privacy Policy
Share |